Base Community Meetup ke-6 Yogyakarta (15 Juni 2025)

Posted by

Prolog

Rangkuman Base Community Meetup ke-6 Yogyakarta (15 Juni 2025) Minggu sore di Tealogy Sky Yogyakarta jadi ajang kumpul paling web3 di langit kota pelajar. Base Community (@Based_id ) Meetup edisi ke-6 kali ini ngumpulin para builders, konten kreator, dan komunitas enthusiast buat ngobrolin masa depan web3 langsung dari tanah Jogja. Acara ini diisi pembicara yang nggak main-main. Ada Mas 0xsantosa (@0xSantosa ) dari Base ID, Mas Fandi dari Cryptosiast , Mas Akbar Wijaya (@akbarwijayaok ) dari DevWeb3 Jogja (@devweb3jogja ) yang bawa proyek Tumbuh, Mas Alex (@alexmuhammaddd ) dan mas Willian yang menbawa projek Centuari (@CentuariLabs ) Mas Tio (@TioEnth ) dari http://p2p.me (@p2pdotmeID ) hingga Mas Vivit (@LordV2t ) yang juga founder iCrypto Media. Masing-masing punya cerita unik dan inspiratif seputar perjalanan mereka di dunia kripto dan web3.

Perkembangan teknologi blockchain dan web3 semakin memperluas ruang kolaborasi, terutama melalui peran komunitas sebagai penggerak utama ekosistem. Base Community Meetup ke-6 yang diselenggarakan di Yogyakarta menjadi cerminan dari dinamika ini, mempertemukan berbagai aktor mulai dari developer, content creator, hingga penggiat DeFi dan infrastruktur digital. Forum ini tidak hanya membahas produk dan proyek yang sedang dibangun, tetapi juga menekankan pentingnya budaya belajar, kerja kolektif, dan inovasi yang inklusif. Rangkuman ini menghadirkan wawasan penting dari percakapan lintas bidang yang menjadi fondasi pertumbuhan komunitas web3 di Indonesia.

Tumbuh: Hands-Free DeFi Investing Platform

Mas Akbar (@akbarwijayaok ) dari DevWeb3 Jogja ngejelasin soal proyek Tumbuh (@TumbuhDeFi ) yakni platform DeFi yang positioningnya simpel: bantu kamu earning dari kripto tanpa harus ribet farming, staking, atau optimasi yield. Semuanya otomatis. Di halaman https://tumbuh-app.vercel.app/earn/explore, bisa dilihat berbagai pool earning yang bisa diikuti. User tinggal pilih, dan Tumbuh yang kerjain backend-nya. Centuari: From Hackathon to Top 5 Global Adapun mas Alex (@alexmuhammaddd ) dan mas William juga ngenalin proyek yang namanya Centuari (@CentuariLabs ). Adapun proyek ini awalnya bernama Pinjoc yang mana dibangun waktu hackathon Mammothon dan Monad. Waktu itu error masih di mana-mana, tapi semangat belajar bareng nggak pernah padam. Menurut Mas Alex yang juga Centuari dulu beranggotakan lima orang dan lahir dari semangat belajar bareng komunitas. Mas Alex sendiri awalnya dari Batch 3, dan dulu bahkan belum tahu apa itu gas fee. Tapi lewat dorongan dari komunitas dan semangat hackathon, pelan-pelan mulai paham tentang future, crypto, dan membangun produk. Centuari (@CentuariLabs ) sendiri saat ini sedang masuk fase improving. Fokus utama saat ini ada di penguatan algoritma, perbaikan UI/UX, dan memperkuat keterlibatan komunitas. Semua ini berdasarkan feedback yang diterima dari pengguna maupun komunitas. Karena itu, Centuari mengembangkan roadmap mandiri yang bisa dipantau langsung melalui akun Twitter mereka di @CentuariLabs. Untuk diskusi, feedback, dan saran langsung, komunitas bisa gabung di Discord: https://discord.com/invite/XU2hUG4Uuz…. Yang menarik, awalnya Centuari hanya dijalankan oleh dua orang BD (Business Development), lalu baru-baru ini atas saran dari Mas Yanwar (@yanzero_ ) bergabung satu BD baru yang punya keahlian khusus di bidang engagement media sosial seperti Twitter dan Discord. Sosok ini bukan kaleng-kaleng track record-nya di dunia komunitas dan marketing digital sudah teruji. Website resmi Centuari bisa diakses di https://centuari.finance. Di sana kamu bisa gabung ke waiting list produk Centuari dan bahkan mengajukan kerja sama langsung lewat email yang tersedia. Dalam satu bulan terakhir, Centuari berhasil masuk Top 5 Global di Pharos. Ini jadi bukti bahwa proyek ini bukan sekadar produk teknikal, tapi tentang bagaimana komunitas bisa belajar dan bertumbuh bersama. Maka dari itu, Mas Alex menegaskan: “Centuari is not about product, but future.” Sebuah pernyataan yang merangkum spirit dari Centuari sendiri—dimulai dari kesederhanaan, belajar bareng, lalu berkembang ke global.

P2P : Tukar USDC ke QR

Masuk ke Mas Tio (@TioEnth ) dari http://p2p.me, (@p2pdotmeID ) project lintas negara yang udah jalan di India, Brasil, Dubai, dan sekarang merambah Indonesia. http://P2P.me itu protokol penukaran USDC langsung ke QR Payment dan di Indonesia difokuskan ke QRIS, bukan sekadar QR biasa. http://P2P.me memungkinkan pengguna menukar USDC langsung ke Rupiah pakai QRIS tanpa KYC ribet. Mereka pake zk-KYC via sosial media untuk jaga privasi, dan semua transaksi diproses oleh merchant dari komunitas sendiri. Merchant bisa dapat fee 1% dari transaksi, cukup dengan staking 250 USDC. Protokol ini base-nya di jaringan Base dan bisa langsung auto-convert dari jaringan lain kayak Solana atau Ethereum. Minimum transaksi cuma 1.000 rupiah! Yang unik: pengguna input nominal dulu baru scan QRIS (kebalikan dari umumnya), dan seluruh reputasi user diukur lewat RP (Reputation Points). 1 RP = 1 USDC (dalam bentuk hak akses, bukan token). Semakin tinggi RP, makin besar limit transaksi.

Cerita dari Cryptosiast: Berawal dari Member

Mas Fandi (@Fnacr ) dari Cryptosiast berbagi cerita soal perubahan hidup yang berawal dari komunitas. Salah satu anggota mereka, namanya Sambo, awalnya cuma silent reader. Gak pernah nongol di obrolan, cuma mantau. Tapi seiring waktu, dia mulai bantu-bantu jawab pertanyaan di grup. Lalu mulai aktif nyusun konten kecil-kecilan, bantu dokumentasi, bahkan sesekali bikin thread ringan di Twitter. Dari situ, komunitas mulai notice. Karena kontribusinya yang konsisten dan responsif, Pak Sambo akhirnya direkrut langsung buat pegang konten internal dan edukasi komunitas. Gak lama setelah itu, portofolionya kebuka lebar. Dia apply ke proyek luar dan keterima. Sekarang dia kerja remote di proyek blockchain luar negeri. Mas Fandi menekankan: dunia web3 itu meritokrasi. Siapa pun bisa naik kelas asal tekun dan punya inisiatif. Bahkan gak perlu punya follower ribuan. Banyak platform exchange kasih reward konten antara $50 sampai $200, cukup dengan bikin thread, video pendek, atau infografis. Kadang mereka butuh konten edukatif, kadang cuma recap event, atau tutorial sederhana. Dan itu bisa dibuat siapa saja asal konsisten. Tips Mas Fandi buat yang mau mulai: 1. Join komunitas dulu. Jangan malu jadi newbie. 2. Amati pola diskusi. Biasanya topik-topik yang sering muncul bisa jadi bahan konten. 3. Coba bikin recap event komunitas. Bisa dalam bentuk tweet, carousel, atau video. 4. Upload ke platform open. Twitter, Medium, Mirror, bahkan TikTok pun bisa. 5. Apply bounty dari exchange. Cek langsung di channel Telegram atau X mereka. Kata Mas Fandi: “Gak perlu tunggu jago dulu baru mulai. Justru mulai dulu biar bisa jago.”

iCrypto Media: Jalan Ninja Mas Vivit

Mas Vivit (@LordV2t ) founder dari iCrypto Media, juga berbagi cerita yang hampir serupa: berangkat dari kebiasaan kecil, tumbuh jadi jalan karier. Awalnya dia cuma suka baca berita blockchain setiap pagi. Karena kesal info penting jarang dibahas dalam bahasa Indonesia, dia mulai bikin catatan sendiri. Lama-lama catatan itu diubah jadi konten. Mulai dari ringkasan berita, penjelasan istilah teknis, sampai breakdown kasus kripto secara ringan dan menarik. Konten ini konsisten dia bagikan lewat Twitter dan LinkedIn. Dari sana, muncul koneksi. ada proyek luar negeri yang menghubungi mas Vivit buat bantu bikin strategi konten berbahasa Indonesia. Dan semuanya bermula dari satu kebiasaan: BACA BERITA TIAP HARI!!

Sekarang, Mas Vivit jadi content lead di proyek global. Dia handle tim dari India, Filipina, Turki, dan Brazil. Kontennya udah masuk bursa global, dan kliennya datang dari berbagai ekosistem blockchain. Yang paling menarik dari Mas Vivit adalah pendekatannya yang open circle. Dia percaya semua orang bisa punya “jalan ninja”-nya masing-masing di web3, dan gak harus bisa ngoding. Menurut dia, peluang terbesar di web3 justru ada di peran non-teknikal: 1. Content writer: buat artikel, thread, dan edukasi 2. Community manager: bangun interaksi online dan offline 3. Data analyst: analisa tren dan user behavior 4. Scriptwriter: bantu bikin narasi untuk konten video 5. Brand strategist: bantu narasi identitas proyek Buat yang masih bingung mulai dari mana, Mas Vivit kasih tiga saran: 1. Lokal dulu. Bikin konten dalam bahasa Indonesia untuk komunitas sekitar. 2. Gabung proyek komunitas. 3. Aktif di LinkedIn. Banyak proyek global cari talent dari situ. Menurut Mas Vivit, web3 itu ekosistem kolaborasi, bukan kompetisi. “Gak penting kamu mulai dari mana. Yang penting, kamu mulai.”

Highlight: Web3 Bukan Cuma Coding

Sesi diskusi dan Q&A juga ngebahas hal yang sering ditanyain: “Kalau gak bisa coding, bisa ngapain di web3?” Jawaban Mas Vivit dan Mas Fandi simpel: perusahaan web3 itu kayak perusahaan biasa. Mereka butuh penulis, data analyst, product manager, marketing, bahkan customer service. Asal punya skill komunikasi, analisis, dan kemauan belajar, peluangnya besar. Menurut mereka, buat Gen Z aktif komunitas dan bisa bikin narasi dari data itu skill emas. Nggak harus jago teknikal. Bahkan jadi content creator, scriptwriter, atau brand ambassador juga bisa jadi jalan masuk.

Kesimpulan

Base Meetup ke-6 di Yogyakarta bukan sekadar ngumpul, tapi ajang saling belajar dan support. Dari Tumbuh yang bangun hands-free DeFi, Centuari yang jadi bukti konsistensi komunitas builder, p2p.me yang menyentuh use case nyata QRIS & USDC, sampai kisah nyata karier dari komunitas lokal ke job dollar. Intinya: komunitas itu power. Web3 bukan soal siapa paling jago coding, tapi siapa yang paling niat belajar dan mau tumbuh bareng. Let’s build!

Categories:

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *