Menembus Dunia Kripto Bareng Coinfolks: Rekapan AMA Wormhole Indonesia bersama Bang Dhika

Posted by

Prolog

Pada tanggal 4 Juli 2025, komunitas Wormhole Indonesia mengadakan sesi AMA (Ask Me Anything) spesial melalui Twitter Space, menghadirkan narasumber istimewa: Bang Dhika, seorang copywriter aktif di Coinfolks, salah satu media Web3 lokal yang lagi naik daun. Dalam diskusi berdurasi hampir satu jam ini, Bang Dhika berbagi pengalaman pribadinya seputar dunia kripto, karier sebagai penulis Web3, hingga peluang kerja yang realistis di industri ini. Sesi ini dimoderatori oleh Kang Warmindo dan sukses menyedot perhatian para Web3worker yang haus akan insight dari pelaku lapangan.

1. Awal Mula Nyemplung ke Dunia Kripto: Dari Saham ke Altcoin

Bang Dhika membuka cerita dengan perjalanan awalnya masuk ke dunia finansial lewat saham. Ia mempelajari fundamental, ROI, laporan keuangan, hingga rasio valuasi. Namun karena keterbatasan modal sebagai mahasiswa, ia mulai melirik dunia crypto.
“Di saham agak berat buat mulai kalau modal kecil. Di kripto justru lebih fleksibel, bisa mulai dari receh dan tetap eksplor,” ungkap Bang Dhika.
Berawal dari trading, Bang Dhika akhirnya mendalami dunia Web3 dan menemukan bahwa ekosistem ini lebih terbuka terhadap eksplorasi dan pertumbuhan skill.

2. Karier Pertama: Serabutan di Media Web3 Kecil

Sebelum berada di Coinfolks, Dhika sempat bekerja di sebuah media Web3 kecil. Di sana, perannya “multi-role”:

1) Nulis artikel
2) Ngedit
3) Ngurus komunitas
4) Bikin konten untuk sosmed

“Waktu itu aku semacam ‘Palu Gada’, pokoknya apa lu butuh, gue ada,” kata Bang Dhika sambil tertawa.

Pengalaman ini memperkuat insting Dhika dalam memahami kebutuhan konten dan ritme kerja dunia Web3 yang sangat cepat.

3. Gabung Coinfolks: Menulis Artikel yang Dicari Project

Di Coinfolks, Dhika fokus sebagai copywriter. Ia menulis artikel Web3, liputan proyek, dan analisis tren kripto. Menariknya, beberapa artikelnya sampai diambil oleh Bitget secara otomatis karena kualitas kontennya.

“Tiba-tiba artikel kita masuk Bitget. Kayaknya karena artikelnya memenuhi standar API mereka. Nggak disangka-sangka,” jelas Bang Dhika.

Moderator Kang Warmindo menanggapi dengan antusias, “Berarti nggak diajukan secara khusus ya, Bang? Tiba-tiba ditarik aja artikelnya?”

Iya, kita juga nggak tahu. Tapi alhamdulillah, mungkin karena kualitasnya dianggap cocok sama mereka,” sambung Dhika.

4. Media Web3 Itu Cepat, Real-Time, dan Gesit

Salah satu highlight penting dari diskusi ini adalah bagaimana media Web3 bekerja cepat, bahkan dalam hitungan menit. Bang Dhika mencontohkan saat ada proyek yang kena exploit:

“Waktu itu lagi di kamar mandi kampus, lihat notifikasi ada exploit. Aku cek data on-chain, dan langsung nulis. Gak bisa ditunda,” cerita Bang Dhika.

Kang Warmindo pun tertawa dan menyimpulkan, “Berarti media Web3 itu nggak kenal waktu ya, Bang. Harus cepat banget.”

“Bener banget. Kalau berita delay, bisa-bisa udah ketinggalan momentum—harga Bitcoin bisa naik dua juta dalam satu jam,” tambah Dhika.

5. Sumber Topik Artikel: Bukan dari Brief, Tapi Dari On-Chain Insight

Menariknya, Dhika mengaku tidak dapat brief dari tim. Justru dia sendiri yang aktif nyari bahan konten dari:

1) Harga Bitcoin
2) Data ETF Flow
3) CoinMarketCap
4) CoinBlast
5) Bloomberg

Aku selalu mulai dari market secara general dulu. Baru kerucutkan ke satu topik spesifik yang relate,” kata Dhika.

6. Konten Favorit Orang Indonesia: Airdrop dan Thread

Menurut Bang Dhika, konten yang paling disukai orang Indo adalah:

1) Thread soal proyek
2) Bahasan soal airdrop

“Bahasan mengenai airdrop tuh rame banget, thread proyek juga rame. Kayak bahas Wormhole, Nomad, dan sejenisnya,” ungkap Dhika.

Untuk pemula, gaya kontennya harus ringkas dan nggak terlalu teknikal. Tapi kalau targetnya mid-level to pro, boleh bahas dalam dan padat.

7. Bahasa Santai vs Formal: Tergantung Format

Dhika juga bahas soal gaya bahasa dalam menulis:

1) Kalau bahas proyek → pakai bahasa formal
2) Kalau tips & edukasi → bahasa santai lebih relatable

“Tips & trick jadi copywriter tuh enaknya pakai gaya yang ringan. Tapi kalau nulis soal tokenomics, pakai formal biar kredibel,” jelasnya.

8. Peluang Kerja di Web3: Researcher & Community Manager

Menurut Dhika, saat ini posisi paling dicari di Web3 antara lain:

1) Community Manager: Dibutuhkan di proyek, exchange (CEX), dan agency
2) Researcher: Buat VC, media, dan proyek

“Researcher tuh bisa kerja di mana aja. Mau di VC, agensi, media, bahkan langsung ke proyek,” kata Dhika.

Sedangkan Community Manager juga mulai banyak dicari di CEX seperti Indodax, Reku, dan lainnya. Tugasnya bukan cuma aktifin komunitas, tapi juga nge-collect insight dan jadi jembatan komunikasi.

9. Hati-Hati Milih Proyek: Jangan Sampai Dighosting

Saat ditanya soal kerja langsung di proyek Web3, Dhika menyarankan buat riset dulu sebelum join. Banyak kasus rugpull atau dev kabur.

“Lihat dulu timnya siapa. Kalau depth-nya nggak jelas atau ada rekam jejak scam, ya jangan diambil,” tegas Dhika.

So far, dia sendiri merasa enjoy karena milih proyek dengan reputasi yang oke. Tapi tetap, hati-hati itu penting.

10. Masuk CEX Itu Susah? Ternyata Iya

Terakhir, Dhika curhat soal susahnya masuk ke CEX (Centralized Exchange) lokal.

Aku ngerasa lebih gampang masuk proyek luar daripada CEX lokal. Mereka tuh standarnya tinggi banget,” jelas Dhika.

Padahal Dhika udah punya portofolio dari media dan proyek. Tapi tetap, proses masuk CEX lebih ketat, mungkin karena regulasi dan SOP internal mereka.

Penutup: Konsistensi adalah Kunci

Dari sesi AMA ini, kita bisa simpulkan bahwa dunia Web3 memang cepat, dinamis, dan penuh peluang—tapi juga penuh tantangan. Untuk kamu yang ingin terjun ke media Web3, proyek, atau CEX, yang paling penting adalah konsistensi, adaptasi, dan portofolio yang jelas.

Bang Dhika sendiri membuktikan bahwa dari mulai nulis di media kecil, kerja serabutan, sampai akhirnya tulisannya dilirik platform besar, semuanya bisa terjadi asal terus berkembang.

“Jangan takut mulai dari bawah. Selama kamu mau belajar dan kerja bener, dunia Web3 itu luas banget ruang tumbuhnya,” tutup Bang Dhika. Dan semua kisah ini dimulai dari ruang Twitter Space yang hangat bersama komunitas Wormhole Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *