Menjalin Ekosistem Web3 yang Tumbuh Bersama: Catatan dari AMA FrontierDAO dan Tokenomy Airdrop

Posted by

Prolog

Tanggal 20 Juni 2025 terdapat sesi AMA (Ask Me Anything) yang hangat dan interaktif yakni @CoolestGreenMan dari FrontierDAO (@FrontierDAOID ) dan @itselinkaban dari Tokenomy Airdrop (@TokenomyAirdrop ) yang berbagi banyak edukasi, cerita dan pendapat. Diskusi ini membahas bagaimana Tokenomy dan FrontierDAO merancang perjalanan edukasi Web3 lewat pendekatan komunitas, sambil tetap membuka ruang untuk mengevaluasi dinamika airdrop yang terus berkembang. Setidaknya ada empat hal besar yang menjadi sorotan utama dari perbincangan ini.

1. Airdrop sebagai Ruang Belajar Bersama

Sejak awal diskusi, Tokenomy langsung menegaskan bahwa misi mereka bukan semata menyebar insentif atau mengejar hype, melainkan membangun jalan panjang edukasi lewat pengalaman langsung. “Kami percaya bahwa airdrop itu bukan cuma urusan reward. Di balik itu, ada proses belajar yang real-time, dari cara connect wallet, memahami smart contract, sampai menilai proyek dari kacamata komunitas dengan riset sehingga proyek tersebut dinilai layak untuk digarap,” ungkap @itselinkaban. Adapun menurutnya langkah awal adalah memberi ruang pada komunitas untuk belajar melalui praktik. Sejumlah proyek yang mereka kurasi bahkan mewajibkan pengguna untuk berinteraksi dengan smart contract sebagai bagian dari edukasi teknikal. “Kami mau orang-orang tahu kenapa mereka klik sesuatu, bukan asal ikut-ikutan tren,” lanjutnya. @itselinkaban dari Tokenomy juga memperkenalkan pendekatan komunitas yang disebut dengan “Garling atau garap keliling” sebuah gerakan partisipatif di mana mereka mengajak komunitas di berbagai kota untuk bergabung dan memahami Web3 bersama-sama. “Adapun berkaca pada Bandung, kita lihat antusiasmenya luar biasa. Ini bukan cuma soal insentif, tapi ruang bertumbuh. Bahkan sudah ada permintaan dari teman-teman Makassar dan Sumbawa untuk kami datang dan sharing langsung,” ujarnya.

2. Narasi dan Ekpetasi dalam Menggarap Airdrop

Salah satu pertanyaan kritis dari salah satu peserta AMA adalah soal narasi. Dalam dunia Web3, narasi proyek memang kerap menjadi senjata utama dalam membangun ekspektasi komunitas. Namun sayangnya, tidak semua narasi sejalan dengan kenyataan. “Kita pernah lihat kasus proyek A narasinya sangat positif, komunitas ramai dukung, tapi ketika hasil keluar, ternyata tidak sesuai harapan,” ungkap salah satu peserta AMA. Menanggapi hal ini, kak @itselinkaban juga menjaskan bahwa : “Narasi itu penting, karena bisa membangun ekspektasi awal. Tapi yang perlu diingat, ekspektasi yang terlalu tinggi bisa jadi bumerang,” yang mana juga beliau menambahkan : “Narasi bisa dijadikan referensi awal, tapi tidak boleh jadi patokan utama. Harus ada proses riset pribadi. Kita mesti tanya diri sendiri: siapa developernya, bagaimana komunitasnya, visinya seperti apa, dan yang paling penting: siapa yang mendanai dan bagaimana mereka mengeksekusi proyek itu.” Menurutnya banyak proyek terlihat ideal di permukaan, tetapi belum tentu kuat dari sisi fundamental. “Web3 ini geraknya cepat, tapi bukan berarti semua harus kita ikuti. Kadang justru kita perlu ambil jarak dan lihat secara jernih. DYOR bukan slogan, itu survival kit,”

3. Membangun Kolaborasi yang Adil dan Berakar

Diskusi kemudian berkembang ke isu keadilan dalam distribusi reward. salah satu peserta menyampaikan kekecewaan terhadap proyek-proyek yang ketika sudah mendapatkan spotlight global yang mana terdaftar di Binance Alpha malah mengalihkan alokasi reward ke pengguna baru dan mengabaikan kontribusi early supporters. Rasanya kayak kerja keras kita dari awal tuh enggak dihargai. Padahal kita yang bantu proyek itu naik dari nol,” ucap salah satu peserta Tim Tokenomy memahami kekhawatiran tersebut. Mereka pun memberikan pandangan strategis. Kalau sebuah proyek masuk ke Binance Alpha, pasti ada perubahan arah. Tapi mestinya, alokasi reward itu dibagi secara adil. Jangan sampai yang dari awal mendukung justru dikorbankan untuk daya tarik baru. Kalau mau kasih reward lebih ke pengguna Binance Alpha, ya silakan. Tapi alokasinya jangan diambil dari jatah early user. Ini soal menghormati perjalanan komunitas.” Mereka juga menjelaskan bahwa Tokenomy tidak mengambil keuntungan langsung dari aktivitas airdrop. Sebaliknya, airdrop menjadi cara mereka menguatkan utilitas token TEN dan memperluas konektivitas proyek-proyek global ke pengguna lokal. “Kita enggak nyari cuan dari airdrop ini. Kita ingin utility dari TEN punya nilai nyata.” Tak kalah menarik adalah kolaborasi Tokenomy dan FrontierDAO yang memungkinkan anggota komunitas Frontier untuk mendapatkan privilege khusus saat menggarap airdrop. “Kita sudah siapkan reward tambahan untuk teman-teman dari FrontierDAO yang aktif. Cek sosial media kita, nanti akan ada pengumuman spesial buat yang join lewat jalur Frontier,”

4. Membuka Jalan Baru bagi Komunitas Lokal

Menjelang akhir sesi, pembahasan bergeser ke rencana jangka panjang. Salah satu inisiatif yang tengah disiapkan Tokenomy adalah program ambassador lokal tapi dengan pendekatan yang sedikit berbeda. “Kami ingin membangun figur-figur komunitas di tiap kota. Bukan cuma jadi juru kampanye, tapi juga fasilitator edukasi. Jadi, perannya lebih dalam dari sekadar brand ambassador,” kata mereka. Program ini awalnya dijadwalkan meluncur bulan Juni, namun besar kemungkinan akan diundur untuk persiapan yang lebih matang. “Kita ingin pastikan bukan hanya siap secara konsep, tapi juga siap untuk mendampingi komunitas dengan pendekatan yang tepat.” Dalam aspek teknis, Tokenomy tetap menjaga aksesibilitas yang rendah hambatan. Mereka tidak mewajibkan KYC untuk pengguna airdrop, cukup dengan connect wallet. Jaringan utama yang didukung saat ini adalah Base, namun sistem mereka memungkinkan penyesuaian otomatis jika sebuah proyek berasal dari jaringan lain seperti Arbitrum atau Solana. “Yang penting wallet connect dulu. Nanti kalau proyek butuh task tertentu, semisal follow X atau join Discord, akan ada panduannya. Kita bahkan sudah siapkan halaman deskripsi khusus di tiap proyek, supaya user enggak bingung,” jelas mereka. Mekanisme ini dirancang agar pengguna terutama pemula bisa merasa nyaman, tidak terintimidasi, dan tetap bisa belajar sambil berkontribusi. Tokenomy menekankan bahwa waktu terbesar dalam proses airdrop bukan di bagian ‘menggarap’, tapi justru di bagian awal yakni riset dan kurasi. “Kami pastikan semua link valid, developer punya rekam jejak, dan komunitasnya aktif. Tapi kalau di tengah jalan developernya kabur, ya itu di luar kendali kita. Meski begitu, kami ingin pengguna tetap mendapatkan pengalaman belajar terbaik dari setiap proyek,” pungkas mereka.

Categories:

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *