
Membangun Web3 Radio dari Nol: Kisah, Teknologi, dan Kolaborasi Komunitas
Dalam lanskap Web3 yang dinamis dan terus berkembang, inovasi tak selalu datang dari lembaga besar atau tim bertabur dana. Terkadang, inisiatif unik justru tumbuh dari komunitas kecil yang memiliki visi besar dan keinginan kuat untuk bereksperimen. Salah satu contoh menarik datang dari @0xkotaromiyabi, atau yang lebih akrab disapa Om Kotaro, yang berhasil merintis proyek Web3 Radio dari nol, hanya berbekal pengalaman pribadi, waktu luang, dan keterlibatan aktif di komunitas. Diskusi terbuka dalam format AMA (Ask Me Anything) bersama @nusa_finance pada 17 April 2025 mengungkap bagaimana perjalanan ini bermula dan ke mana arah masa depannya.
Latar Belakang dan Perjalanan Menuju Web3
Sebelum dikenal di ruang Web3, Om Kotaro adalah seorang pekerja IT biasa di perusahaan swasta, dengan latar belakang sebagai web designer dan pengembang aplikasi kustom di ranah Web2. Ia mengerjakan proyek-proyek berbasis pesanan, dan sebagian besar aktivitas coding dilakukan sebagai sarana belajar dan mengisi waktu luang. Minat terhadap Web3 muncul perlahan-lahan, dan bukan dari motivasi mencari keuntungan, melainkan rasa ingin tahu yang besar terhadap cara kerja teknologi blockchain.
Perkenalan awal dengan konsep blockchain terjadi pada tahun 2014. Saat itu, ia hanya memahami prinsip dasar tanpa terlalu banyak melakukan eksplorasi teknis. Baru pada periode 2016–2017, ia mulai melakukan trading aset kripto seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) melalui salah satu centralized exchange lokal yang menyediakan metode pembayaran PayPal. Namun, titik kritis muncul pada tahun 2019 ketika ia mulai menggali lebih dalam mengenai nilai intrinsik aset digital. Pertanyaan seperti “Mengapa sebuah token bisa memiliki nilai?” mendorongnya menelusuri forum, whitepaper, serta konten-konten edukatif di YouTube.
Pada tahun 2021, ia mengikuti tantangan pengembangan smart contract dari proyek Tadpole Finance (yang kini berganti nama menjadi NUSA Finance). Melalui tantangan tersebut, Om Kotaro mulai belajar mengembangkan smart contract secara otodidak dan aktif berdiskusi dengan komunitas melalui Telegram. Pengalaman ini memperkuat keyakinannya bahwa Web3 bukanlah ruang eksklusif bagi developer elite, tetapi bisa menjadi arena eksploratif yang terbuka bagi siapa saja yang berani belajar dan mencoba.
Dari NFT Musik ke Konsep Radio Desentralisasi
Awal mula ide Web3 Radio sebenarnya bermula dari ketertarikan Om Kotaro terhadap NFT musik. Sekitar dua tahun yang lalu, ia mulai aktif di komunitas yang mengangkat karya musik sebagai bentuk NFT. Sayangnya, meskipun potensi teknologinya besar, minat masyarakat terhadap koleksi NFT musik relatif rendah dibandingkan NFT visual atau koleksi digital lainnya. Keterbatasan ini mendorongnya untuk memikirkan ulang pendekatan distribusi karya musik dalam ekosistem Web3.
Pada saat bersamaan, ia teringat pada proyek radio digital konvensional yang pernah ia kerjakan pada tahun 2014. Dari situ muncul gagasan lama yang kemudian dikembangkan ulang: bagaimana jika radio bisa dibangun secara desentralisasi, tanpa studio fisik, tanpa aplikasi berat, dan sepenuhnya dijalankan dari browser? Bukan sekadar streaming musik, melainkan platform interaktif yang mengintegrasikan fitur Web3 seperti NFT dan wallet. Maka lahirlah konsep awal Web3 Radio.
Pembangunan Web3 Radio dimulai pada November 2024. Dalam tiga bulan awal, platform ini memasuki tahap alpha test yang dijalankan secara terbatas bersama beberapa kontributor dari komunitas. Saat ini, proyek tersebut telah memasuki fase beta dengan pengujian fitur yang lebih luas dan keterlibatan komunitas yang lebih aktif.
Apa Itu Web3 Radio dan Bagaimana Cara Kerjanya
Web3 Radio dirancang sebagai platform siaran audio yang terhubung langsung ke Discord, Telegram (melalui Mini App), dan website. Dengan sistem ini, setiap siaran audio yang dilakukan di Discord bisa direlay secara langsung ke Web3 Radio, memungkinkan audiens yang lebih luas untuk mendengarkan. Bahkan, radio konvensional seperti Venus FM Makassar juga telah melakukan rebroadcast melalui platform ini. Platform ini memiliki sejumlah fitur khas yang membedakannya dari layanan streaming konvensional. Pertama, terdapat fungsi “Connect Wallet” yang memungkinkan pendengar untuk menyambungkan dompet kripto mereka. Fungsi ini tidak hanya bertujuan untuk identifikasi, tetapi juga mencatat durasi mendengarkan yang kelak bisa digunakan untuk sistem reward. Kedua, fitur “Listen-to-Earn” saat ini tengah dikembangkan dalam bentuk prototipe. Dalam sistem ini, pendengar yang aktif bisa memperoleh insentif berdasarkan waktu dengar dan partisipasi. Ketiga, penyiar tidak memerlukan izin khusus, melainkan hanya perlu memiliki NFT slot yang berfungsi seperti “izin siar” untuk jadwal tertentu. Hal ini membuka peluang luas bagi siapa pun untuk menjadi penyiar tanpa hambatan administratif. Selain itu, platform ini dapat diakses sepenuhnya melalui browser tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan. Akses juga tersedia melalui Telegram Mini App, sehingga pengguna bisa siaran langsung hanya dengan smartphone. Studio Hub, fitur siaran dari browser seluler, masih dalam tahap pengembangan. Fitur multichannel yang memungkinkan beberapa siaran berlangsung secara paralel juga tengah digodok agar pendengar bisa memilih room sesuai preferensi.
Cara Menjadi Penyiar di Web3 Radio
Proses untuk menjadi penyiar dalam platform ini cukup sederhana. Langkah-langkahnya meliputi: 1) bergabung terlebih dahulu ke grup Telegram komunitas Web3 Radio; 2) mengajukan program siaran yang mencakup judul, jadwal, durasi, serta format siaran (langsung atau rekaman); 3) mengirimkan rekaman (dalam format mp3 atau wav) atau melakukan siaran langsung melalui dashboard Studio Hub; dan 4) menunggu jadwal tayang dan mendapatkan akses siaran.
Yang menarik, konten yang disiarkan tidak terbatas pada topik Web3. Justru, platform ini mendorong keragaman isi. Program musik, diskusi teknologi, gaya hidup, budaya pop, bahkan konten off-chain lainnya diperbolehkan, selama disampaikan dengan etika, memiliki nilai informatif, dan disusun secara sistematis.
Teknologi Dasar dan Strategi Pengembangan
Meskipun bernama Web3 Radio, pengembangan platform ini tidak sepenuhnya mengandalkan infrastruktur Web3. Om Kotaro dengan jujur menyatakan bahwa sebagian besar fondasi teknis masih berbasis Web2 karena stabilitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Namun, komponen interaktif seperti wallet connect, smart contract, dan penggunaan NFT menjadi titik integrasi utama dengan Web3.
Platform ini juga sedang mengeksplorasi kemungkinan deployment ke chain yang kompatibel dengan EVM, tergantung pada rencana integrasi stablecoin lokal seperti IDRX. Uniknya, sekitar 50% pengembangan sistem dan penyusunan dokumentasi dibantu oleh alat-alat AI, yang memungkinkan percepatan pengembangan dengan tetap menjaga standar keamanan dan keterbukaan.
Monetisasi, Token, dan Isu Legalitas
Salah satu isu sentral dalam proyek Web3 adalah monetisasi. Om Kotaro menyatakan bahwa dirinya beberapa kali mendapat tawaran untuk membuat token khusus Web3 Radio. Namun, keputusan tersebut tidak diambil secara gegabah karena menyangkut tokenomik, kelayakan jangka panjang, serta likuiditas pasar. Sebagai alternatif, tim saat ini tengah mengkaji sejumlah pendekatan. Pertama, penggunaan stablecoin lokal seperti IDRX dipertimbangkan untuk sistem insentif dan pembayaran internal. Kedua, integrasi dengan payment gateway populer seperti GoPay dan OVO sedang dirancang untuk memungkinkan pendengar memberikan donasi langsung kepada penyiar. Ketiga, isu royalti musik juga menjadi perhatian. Berdasarkan konsultasi dengan praktisi radio konvensional, diketahui bahwa selama tidak terdapat pendapatan iklan, maka tidak wajib membayar royalti. Namun jika monetisasi dilakukan, maka berlaku tarif 1,15% dari pendapatan tahunan. Untuk menghindari masalah ini, Web3 Radio mengembangkan pendekatan kreatif dengan menyiarkan karya musisi komunitas, terutama mereka yang telah merilis NFT musik. Hal ini tidak hanya mengurangi beban biaya, tetapi juga membuka panggung bagi musisi independen di dunia Web3.
Kolaborasi Komunitas sebagai Pilar
Web3 Radio bukanlah proyek personal, tetapi platform kolektif yang dibangun dan dijalankan oleh komunitas. Setiap individu dapat berkontribusi dalam berbagai bentuk. 1) Bagi yang memiliki keterampilan desain, kontribusi dalam pengembangan UI/UX sangat dibutuhkan. 2) Bagi developer, terdapat peluang untuk membantu pengembangan fitur dan debugging. 3) Bagi musisi atau podcaster, tersedia ruang untuk menyumbang karya. 4) Dan bagi siapa saja yang ingin terlibat, cukup dengan mendengarkan siaran, menyebarkan informasi, dan mengajak orang lain untuk ikut menggunakan platform ini.
Penutup
Web3 Radio hadir sebagai bentuk nyata dari desentralisasi media. Ia bukan sekadar alat untuk menyebarkan suara, tetapi juga ruang interaksi, eksplorasi, dan partisipasi lintas disiplin. Dengan visi untuk menjadikan suara sebagai aset digital yang hidup, platform ini membuka kemungkinan baru bagi media komunitas di era blockchain. Dalam proyek ini, Om Kotaro membuktikan bahwa inovasi tidak selalu bergantung pada dana besar atau struktur organisasi yang rumit. Dengan semangat komunitas, pendekatan eksperimentatif, dan tekad untuk belajar terus-menerus, suara pun bisa disiarkan langsung dari browser—menembus batas konvensi dan membawa Web3 ke telinga siapa saja.
Leave a Reply