Bedah Market Q2: Memahami Arah Bitcoin dan Strategi Investasi Bersama Bybit Indonesia x Orineonid

Posted by

Pada tanggal 11 April 2025, komunitas Bybit Indonesia bersama Orineonid mengadakan sesi diskusi terbuka (AMA) bertajuk Bedah Market Q2.

Diskusi ini membahas arah pergerakan pasar kripto khususnya Bitcoin (BTC) dan strategi apa yang bisa diterapkan oleh investor dalam menghadapi dinamika yang terus berubah di kuartal kedua ini.

Bitcoin, Kamu Mau ke Mana?

Salah satu pertanyaan pertama yang muncul adalah, “Bitcoin maunya gimana sih?” Pertanyaan ini mencerminkan kebingungan banyak investor yang melihat pergerakan harga BTC naik turun secara ekstrem belakangan ini. Dari sisi teknikal, BTC sedang berada di area penyangga penting pada timeframe mingguan. Namun jika ditarik ke timeframe harian, tren justru terlihat bearish, karena BTC membentuk pola lower high dan lower low, indikasi bahwa tekanan jual masih dominan. Menariknya, meskipun sempat mencoba breakout dari trendline harian, BTC justru gagal dan kembali turun—dikenal sebagai fake out. Tapi penurunan ini direspons oleh pembeli, yang menyebabkan harga memantul dari zona 76K dan kembali naik hingga 10%. Ini mengisyaratkan bahwa masih ada optimisme di pasar. BTC saat ini memperlihatkan pola double bottom, yang sering dianggap sebagai sinyal pembalikan arah. Namun, konfirmasi tren naik baru akan muncul jika harga berhasil ditutup di atas level kunci 83.800 pada candle 4 jam. Jika masih gagal tembus, retracement kemungkinan besar akan terjadi lagi.

Dinamika Harga dan Reaksi Pasar

Satu hal yang unik dari pergerakan Bitcoin adalah kecenderungannya untuk memberikan reaksi berlawanan setelah penurunan atau kenaikan tajam. Misalnya, ketika BTC turun 18%, pasar membalasnya dengan kenaikan sebesar 20%. Fenomena ini sering berulang, meskipun secara keseluruhan tren tetap menurun. Para analis juga menandai area penting di kisaran 69K, yang menjadi puncak dari siklus sebelumnya dan level support-resistance yang signifikan di timeframe harian. Di area ini, investor besar kemungkinan sedang menunggu untuk masuk kembali ke pasar. Selain itu, bila ditarik garis dari support trendline di 34K dan 48K, terlihat bahwa harapan untuk BTC kembali naik cukup besar jika harga mampu bertahan di atas garis tersebut. Sebaliknya, jika garis itu ditembus ke bawah, maka tekanan jual bisa meningkat tajam.

Lebih dari Sekadar Grafik ?

Faktor Eksternal yang Menggerakkan Pasar Di titik ini, jelas bahwa analisis teknikal saja tidak cukup. Pasar kripto kini sangat sensitif terhadap dinamika eksternal—terutama yang berasal dari Amerika Serikat. Salah satu tokoh yang mendominasi narasi pasar saat ini adalah Donald Trump. Sikapnya yang cenderung pro-kripto membuat banyak investor mengantisipasi efek positif jika ia kembali berkuasa. Sebaliknya, Partai Demokrat dinilai kurang mendukung perkembangan aset digital. Pada saat yang sama, aliran dana besar seperti dari BlackRock yang dilaporkan telah mengucurkan dana lebih dari $50 miliar ke pasar menjadi pemicu besar lonjakan harga BTC. Perjalanan harga dari 70K ke 100K, misalnya, membutuhkan waktu sekitar 250 hari, menandakan bahwa fase akumulasi besar memang terjadi secara perlahan namun pasti. Jika pasar ingin memasuki fase bullrun eksponensial, maka dibutuhkan aliran dana yang jauh lebih besar, terutama karena harga BTC saat ini sudah tinggi. Artinya, hanya institusi besar atau bahkan negara yang memiliki daya beli cukup untuk mendorong harga lebih lanjut.

Pentingnya Regulasi Global

Salah satu topik penting lainnya adalah regulasi. Karena pasar global sangat terpengaruh oleh kebijakan Amerika Serikat, maka setiap keputusan hukum atau kebijakan fiskal dari sana akan berdampak besar. Contohnya, munculnya rumor bahwa Trump akan melonggarkan hubungan dengan China dan menurunkan tarif impor dinilai dapat memberikan “efek lega” pada pasar. Sebab, hal ini bisa memicu masuknya dana kembali ke aset-aset berisiko tinggi seperti kripto. Namun sebaliknya, jika Trump justru menaikkan tarif hingga 200%, maka pasar bisa kembali tertekan karena meningkatnya ketidakpastian. Perubahan semacam ini tidak hanya memengaruhi harga jangka pendek, tetapi juga menciptakan ketegangan dalam psikologi pasar secara keseluruhan.

Strategi Investasi di Q2 dan Q3

Lalu, bagaimana strategi terbaik di tengah ketidakpastian ini? Mayoritas analis percaya bahwa Q3 akan menjadi fase awal dari tren bullish, setelah Q2 diisi dengan fase konsolidasi dan akumulasi. Karena itu, strategi utama yang disarankan adalah akumulasi bertahap atau DCA (Dollar Cost Averaging) khususnya pada aset dengan kapitalisasi besar seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana. Untuk altcoin, pilihan utama jatuh pada: Ethereum dan Solana – karena keduanya cepat pulih dan memiliki ekosistem yang kuat. Meme coin: Shiba Inu tetap populer karena dukungan komunitas dan referensi dari tokoh besar seperti Elon Musk. Sementara untuk proyek baru seperti Fart Coin, disarankan berhati-hati karena volatilitasnya terlalu tinggi dan tidak ideal untuk investasi jangka panjang lebih cocok untuk spekulasi jangka pendek di pasar futures. Catatan penting: Hindari dulu proyek Layer 2 sampai sinyal bullish benar-benar terkonfirmasi.

Saatnya DYOR

Bangun Keyakinan dari Ilmu Sendiri Diskusi ditutup dengan satu pesan kuat: DYOR (Do Your Own Research). Dunia kripto sangat dinamis, dan terlalu bergantung pada sinyal atau opini orang lain bisa sangat berisiko. Sebuah cerita inspiratif datang dari Kak Nancy, seorang analis teknikal yang kini aktif berbagi pandangannya di komunitas. Dulunya ia juga mengandalkan sinyal dari influencer, namun akhirnya memutuskan belajar dan menyusun analisis sendiri. Menurutnya, kepuasan sejati datang dari kemampuan membaca pasar berdasarkan pemahaman pribadi, bukan ikut-ikutan.

Categories:
,

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *